PASAR ONLINE KIAN POPULER, INDONESIA SIAP HADAPI REVOLUSI INDUSTRI 4.0

SUARA ARTIKEL – Indonesia merupakan pasar online dengan pertumbuhan paling cepat. Pertumbuhan di indonesia jauh lebih besar dibanding dengan negara lainnya. Indonesia akan menjadi pasar tebesar di Asia Tenggara, indonesia memiliki populasi terbesar dengan kelas menengah yang terus tumbuh disertai penetrasi mobile yang meningkat, dan juga pertumbuhan ekonomi yang semakin kuat. Pengguna di indonesia lebih aktif menghabiskan waktu untuk penggunaan smartphone dibanding negara lainnya.

Berdasarkan hasil riset Google berjudul “e-conomy SEA: Unlocking the $200 billion opportuniy in Southeast Asia”, pasar online indonesia siap meledak dengan nilai mencapai US$ 81 miliar pada 2025 dengan pertumbuhan tahunan sebesar 26 persen. Indonesia diperkirakan mencapai 52 persen dari total pasar eCommerce di Asia Tenggara pada 2025, naik dari 31 persen pada 2015. Pertumbuhan ini didorong oleh populasi kelas menengah yang makin besar dan peningkatan akses internet. Pada tahun 2015 indonesia memiliki 92 juta pengguna internet dan jumlahnya diprediksi menjadi 215 juta pada 2020.

Lazada hingga kini masih mampu bertahan di posisi puncak sebagai marketplace yang memiliki jumlah pengunjung tertinggi, diikuti oleh marketplace lokal Tokopedia dan Bukalapak. Meski dari segi trafik Shopee masih harus puas berada di posisi kelima, namun marketplace besutan Chris Feng ini sanggup mendominasi aplikasi mobile dengan mempertahankan posisinya di ranking pertama sebagai aplikasi shopping terpopuler di platform Android dan iOS. Meski tidak berada di peringkat pertama, namun Tokopedia, Bukalapak, dan Blibli.com sanggup bertahan di lima besar e-commerce dengan jumlah trafik tertinggi, mendahului Shopee.

Meski pemain lokal juga mampu mencetak prestasi dalam persaingan di Indonesia, bukan berarti mereka lengah dalam menghadapi geliat pemain luar yang semakin agresif. Terdapat beberapa tantangan dan potensi yang dihadapi oleh pemain lokal untuk tetap bertahan di pasar Indonesia.

Baca Juga :  Nilwan Yahya ‘Jemput Bola’ ke Kementerian Perikanan

1. Pasar Mobile yang Semakin Potensial.
Laporan State of eCommerce iPrice akhir tahun 2017 menyatakan, indonesia merupakan negara yang memiliki pangsa trafik mobile tertinggi di Asia Tenggara, yakni sebesar 87% dari total trafik. Tantangan yang dihadapi para pemain lokal adalah bagaimana strategi mengambil dan mengoptimalisasi potensi pasar mobile. Mulai dari pengembangan aplikasi yang mudah digunakan dan kaya fitur, pengembangan tampilan dan user experience dalam mobile web, optimisasi search engine sehingga mudah ditemukan dalam pencarian, dan lain-lain. Saat ini, pemain lokal yang optimis mampu menggaet pasar mobile adalah Tokopedia, Bukalapak, dan Blibli. Mereka berhasil menyamakan diri dengan kompetitor luar seperti Shopee, Lazada, JD.ID, dan Zalora dari segi ranking aplikasi mobile. Diluar itu, aplikasi Berrybenka juga menyusul di ranking sepuluh besar.

2. Persaingan Konten yang Kian Memanas.
Persaingan konten ini bukan lagi memainkan hard-selling tapi bagaimana tiap pemain eCommerce mampu memberikan cerita yang menarik di tiap-tiap channel-nya, terutama media sosial. Selain meningkatkan interaksi pelanggan dan calon pelanggan, konten media sosial juga amat penting untuk memberikan informasi mengenai produk dan jasa yang ditawarkan oleh eCommerce maupun marketplace. Selama empat kuartal berturut-turut, e-commerce fashion khusus muslimah, Hijup, sanggup bertahan di posisi pertama sebagai akun Instagram dengan jumlah pengikut terbanyak. Namun menariknya, di kuartal I, posisi ini disalip oleh Shopee dengan jumlah pengikut melonjak sebesar 21% dari kuartal IV 2017.

Gempuran pemain luar memang menjadi pekerjaan rumah tersendiri bagi para pemain lokal. Terutama bagi mereka yang masih bermain di usaha kecil dan menengah, tentu menyaingi raksasa Lazada dan Shopee adalah hal yang amat sulit. David Chmela?, CEO dan Co-founder iPrice menyatakan setidaknya ada tiga strategi yang bisa dilakukan para pemain lokal untuk meningkatkan valuasi bisnisnya di pasar yang kompetitif ini, yaitu:

Baca Juga :  H Mashuri Berhasil Stop Aktivitas Tambang Batubara

1. Fokus pada Segmentasi Tertentu
Bagi pemain lokal yang tidak memiliki dana sebesar Tokopedia atau Bukalapak, bukan hal yang bijaksana untuk menjadi generalis yang mencoba menjual segala barang di marketplacenya. Di dunia digital yang sudah dipenuhi oleh jutaan bisnis, penting untuk menciptakan proposisi nilai yang unik dengan menjual barang untuk segmentasi tertentu. Seperti Otten Coffee yang khusus menjual barang-barang bagi pecinta kopi, Maskoolin yang menjual fashion khusus pria, dan Hijup yang khusus menjual pakaian Muslimah.

2. Berikan Pengalaman Belanja yang Memuaskan.
Salah satu kesalahan yang sering dilakukan pemain lokal adalah tidak memprioritaskan pengalaman belanja yang dialami konsumen. Pemain lokal harus memastikan bahwa perjalanan pelanggan semulus mungkin di situs mereka. Pelaku marketplace akan mudah kehilangan konsumen jika pengalaman belanja yang dilalui tidak sesuai dengan ekspektasi mereka. Seperti produk yang minim deskripsi, opsi pembayaran yang menyulitkan, tidak ada pilihan pengiriman barang yang lengkap, dan sebagainya. Belanja iklan memang penting dan semua orang bisa menciptakan iklan yang bagus, namun pengalaman belanja yang buruk pada akhirnya berujung ketiadaan penjualan.

3. Strategi Pemasaran yang Komprehensif.
Bisnis eCommerce yang bertujuan untuk tumbuh dan mampu bersaing harus memiliki strategi pemasaran yang komprehensif. Perlu untuk mengidentifikasi tujuan, visi dan misi, mengindentifikasi target pelanggan, rencana promosi multi-channel dan lainnya. Tidak bisa dipungkiri, multi-channel marketing merupakan strategi yang efektif untuk menjemput audience yang lebih besar.

Baca Juga :  Pemkot Sungai Penuh Wacanakan Car Free Night dan Car Free Day 2020

Sejarah revolusi industri dimulai dari Revolusi industri 1.0 yang ditandai dengan ditemukannya mesin uap di abad 18 yang menghasilkan cara produksi yang lebih efisien dan efektif. Lalu, revolusi industri 2.0 ditandai dengan kemunculan pembangkit tenaga listrik, penemuan ini membuat produksi massal dapat dilakukan dengan mudah. Kemudian, revolusi industri 3.0 ditandai dengan munculnya terobosan teknologi informasi dan internet, yang mampu membuat proses produksi massal dapat dilakukan secara otomatis (automation). Selanjutnya revolusi industri 4.0 yang ditandai munculnya IOT (internet of things) dimana semua perangkat terhubung dengan internet dan artifial intelligent (AI) yang mampu menggantikan peran manusia dengan robot.

Setiap revolusi industri mampu menghasilkan lompatan ekonomi yang cukup tinggi karena proses yang lebih efisien dan efektif. Tren belanja online kian menjamur di tanah air. Banyak orang yang telah menyukai belanja online daripada belanja secara offline di toko. Toko online memberikan sejumlah keuntungangan bagi pelanggannya. Dengan melakukan transaksi belanja online yang simpel, meliputi pilih barang, pesan, bayar melalui transfer, selanjutnya menunggu barang, pembeli sudah bisa berbelanja tanpa perlu repot-repot datang ke toko. Hal ini sangat menguntungkan karena menghemat tenaga dan waktu, selain itu juga tidak terjebak macet. Seiring berkembangnya teknologi internet di indonesia, memunculkan banyak sekali startup e-commerce. Mereka membangun toko online yang menjual produk sangat lengkap dengan kelebihannya masing-masing, tujuannya adalah untuk mewadahi para penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi secara mudah dan cepat.

Penulis : Atifa Zulfa Khoiriyah, Qissy Sabilla, Redi Rezaldi dan Febriansyah

Mahasiswa FEB Akuntansi, UNIVERSITAS JAMBI