PERUBAHAN DEMOGRAFI DAN NILAI SOSIAL DITENGAH REVOLUSI INDUSTRI 4.0

SUARA ARTIKEL – Dinamika peradaban manusia sejarahnya selalu tumbuh dan berkembang secara dinamis sejalan dengan perubahan- peubahan yang terjadi dalam setiap sejarah kehidupan manusia itu sendiri. Sebagai makhluk yang terus mencari dan menyempurnakan dirinya, manusia senantiasa berusaha dan berjuang dan berjuang memenuhi kebutuhan hidupnya untuk eksis dan” survive” ditengah kebersamaannya ditengah manusia lainnya. Perjuangan memenuhi kebutuhan hidup ini telah memotivasi manusia manusia untuk menggunakan akal budinya secara maksimal dimanapun manusia itu berada. Karena tuntutan pemenuhan kebutuhan naluri kehidupannya, maka manusia sebagai makhluk yang berakal budi (rational animal) selalu berpikir untuk bagaimana ia mengahdapi tuntutan-tuntutan naluriah itu.

Jelamu (1988), menyatakan bahwa dorongan naluriah itu” memaksa” manusia untuk mencari segala sesuatu untuk dapat memenuhi keingginannya tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu. Ruang hidup manusia tidak saja terbatas dimana ia dilahirkan dan dibesarkan, tetapi juga ditempat dan waktu lain, dimana menurut dia segala kebutuhannya bisa terpenuhi.
Kemajuan komunikasi, transportasi, keterbukaan wilayah, kelancaran arus informasi dan sebagainya dan kemajuan teknologi saat ini jarak yang jauh menjadi dekat, namun yang dekat dirasakan semakin jauh dan itulah dampak dari perubahan revolusi industry 4.0 dan ini menjadikan beberapa permasalahan dalam dunia pendidikan, yang membuat arus informasi semakin cepat dan ilmu pengetahuan hanya dalam hitungan menit sudah dalam akses gengaman dan ini menjadi seperti dua sisi mata uang yang menjadikan sebuah dilemma disisi lain positif, namun negatifnyapun dirasakan dengan adanya revolusi industry 4.0 ini.

Dunia pada umumnya, dan Indonesia pada khususnya, sedang memasuki era industri baru yang ditandai dengan era digitalisasi di pelbagai sektor kehidupan. Para pakar menyebut ini sebagai era revolusi industry 4.0. Perubahan dinamika laju pergerakan yang semula tersentralisasi bahwa manusia sebagai subyek elan vital dalam tumbuh dan berkembangnya denyut nadi perekonomian telah mengalami pergeseran secara perlahan tapi pasti tergantikan oleh otomasi mekanis dan digitalisasi teknologi dalam menggerakkan roda perekonomian.

Meminjam hasil penelitian dari McKinsey pada 2016 bahwa dampak dari digital technology menuju revolusi industry 4.0 dalam lima tahun kedepan aka nada 52,6 juta jenis pekerjaan akan mengalami pergeseran atau hilang dari muka bumi. Dari hasil penelitian ini memberikan pesan bahwa setiap diri yang masih ingin mempunyai eksistensi diri dalam kompetisi global harus mempersiapkan mental dan skill yang mempunyai keunggulan persaingan (competitive advantage) dari lainnya. Jalan utama mempersiapkan skill yang paling mudah ditempuh adalah mempunyai perilaku yang baik (behavioral attitude), menaikkan kompetensi diri dan memiliki semangat literasi. Bekal persiapan diri tersebut dapat dilalui dengan jalur pendidikan (long life education) dan konsep diri melalui pengalaman bekerjasama litas generasi/lintas disiplin ilmu (experience is the best teacher). perkembangan inovasi otomasi dengan terciptanya super-computer, robotic artificial intelegency dan modifikasi genetik menciptakan manusia yang sangat berbeda dari dunia sebelumnya.

Konsekuensi logisnya dan harus ditanggung bersama-sama adalah perubahan dan pergeseran dalam proses belajar mengajar dan transfer knowledge yang terjadi di jaman sekarang. Implikasi revolusi industri tersebut ibarat dua sisi mata uang. Satu sisi, mempuyai nilai positif bagi produktivitas hasil kerja dan efesiensi proses produksi. Sisi lain, kompetitifnya dunia kerja yang berujung banyaknya tenaga kerja tidak terpakai akan menjadi masalah sosial serius bagi pilar stabilitas politik atau ekonomi sebuah negara. menerima perubahan sebagai keniscayaan hidup harus diikuti dengan mempersiapkan diri menghadapi perubahan tersebut dengan cara mengembangkan diri dan meningkatkan kompetensi diri melalui sinergitas revolusi industry 4.0.

Perubahan sosial yang oleh Soemarjan dan Davis lebih menekankan pada perubahan struktur kelembagaan dalam masyarakat yang mempengaruhi system sosialnya (perubahan nilai-nilai, norma, sikap dan tingkah laku) dan juga perubahan system kemasyarakatan dari pola mekanik menjadi organiknya Emile Durkheim atau perubahan dari Gemeinschaft menjadi Gesselschaftnya Ferdinan Tonnies adalah juga gejala perubahan sosial pada era perubahan revolusi industry 4.0.

Industri 4.0 sebagai fase revolusi teknologi mengbah cara beraktivitas manusia dalam skala, ruang lingkup, kompleksitas, dan transformasi dari pengalaman hidup sebelumnya. Manusia bahkan akan hidup dalam ketidakpastian (uncertainty) global, oleh karena itu manusia harus memiliki kemampuan untuk memprediksi masa depan yang berubah sangat cepat. Tiap negara harus merespon perubahan tersebut secara terintegrasi dan komprehensif. Respon tersebut dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan politik global, mulai dari sektor public, swasta, akademisi, hingga masyarakat sipil sehingga tantangan industry 4.0 dapat dikelola menajdi peluang. Wolter mengidentifikasi tantangan industry 4.0 sebagai berikut;
(1) masalah keamanan teknologi informasi;
(2) keandalan dan stabilitas mesin produksi ;
(3) kurangnya keterampilan yang memadai;
(4) keengganan untuk berubah oleh para pemangku kepentingan; dan
(5) hilangnya banyak pekerjaan karena berubah menjadi otomatisasi (Sung, 2017).

Lebih spesifik, Hecklau et al (2016) menjelaskan tantangan industry 4.0 sebagai berikut:
Tabel. Tantangan Industri 4.0 (Hecklau et al, 2016) ;
Tantangan Ekonomi
1. Globalisasi yang terus berlanjut:
a. keterampilan antar budaya
b. kemampuan berbahasa
c. Fleksibilitas waktu
d. Keterampilan jaringan
e. Pemahaman proses
2. Meningkatnya kebutuhan akan inovasi:
a. Pemikiran wirausaha
b. kreativitas
c. pemecahan masalah
d. bekerja dibawah tekanan
e. pengetahuan mutakhir
f. keterampilan teknis
g. keterampilan penelitian
h. keterampilan proses
3. Permintaan untuk orientasi layanan yang lebih tinggi:
a. pemecahan konflik
b. kemampuan komunikasi
c. kemampuan kompromi
d. keterampilan berjejaring
4. Tumbuh kebutuhan untuk kerjasama dan kolaboratif:
a. Mampu berkompromi dan kooperatif
b. kemampuan bekerjasama dalam tim
c. kemampuan komunikasi
d. keterampilan berjejaring.
Tantangan Besar 1. Perubahan demografi dan nilai sosial
a. kemampuan mentransfer pengetahuan
b. penerimaan rotasi tugas kerja dan perubahan pekerjaan yang terkait (toleransi ambiguitas)
c. fleksibilitas waktu dan tempat
d. keterampilan memimpin
2. Peningkatan kerja virtual:
a. fleksibilitas waktu dan tempat
b. keterampilan teknologi
c. Keterampilan media
d. Pemahaman keamanan TI
3. Pertumbuhan Kompleksitas proses
a. keterampilan teknis
b. pemahaman proses
c. motivasi belajar
d. toleransi ambiguitas
e. pengambilan keputusan
f. penyelesaian masalah
g. keterampilan analisis
Tantangan Teknis 1. Perkembangan teknologi dan pengunaan data eksponensial
a. keterampilan teknis
b. kemampuan analisis
c. Efesiensi dalam bekerja dengan data
d. keterampilan koding
e. kemampuan memahami keamanan TI
f. kepatuhan
2. Menumbuhkan kerja kolaboratif:
a. mampu bekerja dalam tim
b. kemampuan komunikasi virtual
c. keterampilan media
d. Pemahaman keamanan TI
e. Kemampuan untuk bersikap Kooperatif

Tantangan Lingkungan Perubahan iklim dan kelangkaan sumber daya:
a. Pola piker berkelanjutan
b. motivasi menjaga lingkungan
c. kreativitas untuk mengembangkan solusi keberlanjutan baru
Tantangan Politik dan Aturan 1. Standarisasi:
a. keterampilan teknis
b. keterampilan koding
c. pemahaman proses
2. keamanan data dan privasi
a. Pemahaman keamanan teknologi informasi
b. kepatuhan.

Irianto (2017) menyederhanakan tantangan industry 4.0 yaitu: (1) kesiapan industry ; (2) tenaga kerja terpercaya; (3) kemudahan pengaturan sosial budaya; dan (4) Diversifikasi dan penciptaan lapangan kerja dan peluang industry 4.0. yaitu; Inovasi ekosistem, Basis industry yang kompetitif, Investasi pada teknologi; dan integrasi Usaha kecil dan Menengah (UKM) dan kewirausahaan. Kemajuan teknologi membuat segala yang tidak mungkin menjadi mungkin dan dari revolusi industry 3.0 sudah mulai dirasakan dunia semakin dalam gengaman dan bahkan kita dapat mengakses semua informasi yang terjadi dengan begitu cepat dan dalam hitungan detik semua peristiwa yang terjadi dapat diketahui dalam sebuah gadget dan jarak yang jauh menjadi sangat dekat dan bahkan secara virtual bisa berkomunikasi dan ini berkat kemajuan teknologi yang semakin meningkat dan hal ini menjadi niali positif dari perkembangan tenologi yang ada, namun hal ini juga mengahsilkan dampak yang negative, dimana komunikasi secara individu dengan tatap muka menjadi sangat berkurang dan bahkan yang jauh menjadi sangat dekat dan yang dekat menjadi terasa sangat jauh.

Tantangan terbesar yang dihadapi dalam revolusi industry 4.0 ini adalah perubahan Demografi dan nilai sosial dimana anak-anak muali usia balita sudah menggunakan gadget dalam kehidupan mereka muali dari permainan game sampai pada akses media sosial dan pada sebagain orang atau anak-anak malah menajdi kecanduan penggunaan gawai ini sehingga kurangnya bersosialisasi mereka dengan lingkungan mereka mulai pertemanan dan rasa sosialisasi yang dirasakan semakin rendah yang diakibatkan oleh tidaknya prosesinteraksi diantara mereka dengan baik dan malahan proses interaksi ini diambil alih oleh gadget dan halini tentu sangat ironis sekali dan terkadang tidak sedikit orang tua yang begitu saja membiarkan anaknya sibuk seharian dengan game atau bersosial media ria tanpa adanya pengawasan dari orang tua yang membiarkan waktu anak-anak mereka menghabiskan waktu dengan gadget mereka dan hal ini akan mengakibatkan semakin kurangnya nilai dari sebuah proses interaksi yang dapat dirasakan antara satu dengan yang lain, baik dilingkungan sekitar bahkan dilingkungan keluarga kecil sekalipun menjadi dirasakan kurang intensnya proses komunikasi dan interaksi antara satu dengan yang lain.

Namun selaku pendidik dan juga sebagai orang tua sudah tentunya kita tidak mau tergilas oleh jaman now yang sangat mendewakan kemajuan teknologi dan sebagai orang tua maupun pendidik tetap harus membatasianak didik maupun anak sendiri dalam penggunaan gawai ini sehingga ada proses interaksi antara peserta didik, orang tua dan anak atau bahkan dengan lingkungan sekitar sehingga rasa solidaritas diantara satu dengan yang lain tidak luntur digilas oleh kemajuan teknologi yang berakibat pada tingginya rasa ego yang timbul yang disebabkan anak ataupun peserta didik merasa tidak membutuhkan orang lain dalam hidupnya karena merasa semua sudah dia dapatkan cukup menggunakan gadget atau gawai yang dia miliki dalam gengaman semuanya bisa selesai hanya dalam beberapa sentuhan dan semua keinginan dapat terpenuhi.

Kemajuan Teknologi yang semakin menjadi berkibat pada perubahan sosial yang dirasakan sangat drastis dari penggunaan teknologi dan bahkan semakin membuat kita menjadi orang yang kurang aktif dalam bergerak karena hanya dengan satu sentuhan, maka semua yang diinginkan dan dibutuhkan hadir dengan segera tanpa harus repot-repot berjalan atau pergi kemana-mana dan hanya menggunakan gadget pintar kita bisa mendapatkan apa yang kita inginkan dengan cepat dan hal ini tentu juga akan berakibat pada aktivitas fisik yang kurang sehingga banyak kemungkinan problem kesehatan yang akan timbul di revolusi industry 4.0 ini.

Perubahan secara demografi akan terjadi di era revolusi industry 4.0 ini yang meliputi ukuran, struktur, dan distribusi penduduk serta bagaimana jumlah penduduk berubah setiap saat dan setiap waktu akibat kelahiran, kematian, migrasi serta penuaan. Dan perubahan ini sudah pasti diikuti oleh perubahan nilai sosial yang terkadung dimasyarakat mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk oleh masyarakat dan pengaruh dari revolusi industry 4.0 akan mengikis nilai-nilai sosial yang baik ini dan bahkan diera ini akan terkesan lebih banyak mengabaikan nilai-nilai sosial yang baik dan berlaku dimasyarakat saat ini dan keraifanlokal yang ada akan terjadi pergeseran nilainya dan ini sudah dirasakan dari mulai revolusi industry 3.0 dan banyak sekali nilai dari kearifan nilai yang ada akan tergantikan oleh media sosial yang semakin meraja lela dalam memberi tatanan nilai yang tidak jelas bersumber dari mana, namun kehadirannya akan mengganggu nilai-nilai keraifan lokal yang ada dimasyarakat saat ini dan bahkan kelak dikemudian hari semakin tergerus oleh jaman dan peran pendidik, orang tua adalah memperkenalkan nilai-nilai yang ada dimasyarakt tetap lestari dan hal yang baik haruslah tetap diwariskan dan dikembangkan agar supaya tetap lestari dan dapat dilestarikan dan dalam bentuk pembelajaran karakter dalam setiap kegiatan yang ada baik dilingkungan sekolah, rumah maupun lingkungan sekitar.

Kemajuan teknologi di era revolusi industry 4.0 ini sudah pasti kita harus ikuti perkembangannya, namun bukan berarti kita sebagai pendidik maupun orang tua terlena pada buaian kemajuan teknologi ini dan kita selaku pendidik maupun orang tua harus tetap selalu mengawasi serta menanamkan nilai-nilai yang baik yang dapat kita wariskan dan dipersekolahan juga harus diberikan pembelajaran yang setiap unsurnya ada indikator yang melibatkan nilai didalamnya dan hal ini juga proses interaksi antara setiap komponen baik yang ada dirumah tangga, persekolahan dan bahkan lingkungan harus diaktifkan kembali agar nilai sosial yang baik yang sudah mulai bergeser harus tetap dilestarikan dan setiap komponen harus bersinergi dalam mempertahankan nilai yang baik dari karkater bangsa kita dari hantaman revolusi industry 4.0.

Penulis : Dr. Hamirul
Dosen STIA Setih Setio Muara Bungo