SUARA BANGKO – 17 Agustus merupakan hari bersejarah untuk masyarakat Indonesia, mengenang perjuangan para pahlawan untuk mengusir penjajah di tanah air tercinta, bermacam ragam bentuk acara dilaksanakan, dari mulai persiapan sampai pada pelaksanaan membutuhkan dan menumbuhkan kreatifitas untuk tampil berbeda.
Balap karung, makan kerupuk, tarik tambang, dan panjat pinang tidak teralihkan dari masa ke masa, namun saat ini banyak sekali ragam perlombaan yang melibatkan dari semua kalangan usia, hal ini tentu saja menjadi semakin semarak dan meriahnya acara yang kita kenal dengan bahasa Agustusan.
Pergelaran acara ini tentunya setelah di adakan upacara yang secara serentak dilaksanakan oleh masyarakat indonesia, para calon-calon pemimpin bangsa berlomba untuk menjadi pengibar bendera, merekalah menjadi fokus perhatian kita pada saat itu dengan langkah tegap dan rapinya barisan serta seragam putih, mengenakan kopiah hitam, berselempang merah putih.
Banyaknya perserta upacara memperlihatkan kepada kita semua bahwasanya saat ini kami sedang melanjutkan perjuangan para pahlawan, jika kita lihat didesa pelaksanaan pengibaran bendera merah putih ini dilaksanakan pada lapangan sepak bola sehingga menambah khidmad dan meriahnya suasana.
Salah satu desa yang juga merasakan kemeriahan adalah desa Beringin Sanggul, desa ini merupakan salah satu desa yang terletak di Kabupaten Merangin. Tahun ini terasa berbeda dengan kehadiran 20 orang mahasiswa Kuliah Kerja Usaha dari Institut Administrasi dan Kesehatan Setih Setio (IAKSS) Muara Bungo, salah satu tema yang menjadi program pokok adalah pemberdayaan masyarakat dari tiga program yang diwajibkan antara lain desa wisata, ekonomi kretif dan pemberdayaan masyarakat.
Bersama dengan ibu-ibu PKK yang ada di Desa Beringin Sanggul, mahasiswa secara kreatif menampilkan perlombaan pada bazar sesi tata boga, beberapa makanan ringan atau camilan dari bahan baku yang ada di desa tersebut seperti gedebok pisang, pepaya, dan kelapa.
Berusaha untuk tampil berbeda dari sebelumnya, mahasiswa sebelumnya menggali informasi terlebih dahulu dan selanjutnya memberikan pelatihan atau pendampingan dalam pembuatan sampai pada pengemasan dan pemberian merek. Namun disepakati pemberian merek di alihkan pada desa.
Dari bahan baku gedebok pisang menghasilkan camilan ringan dengan varian rasa balado, bahan baku pepaya menghasilkan camilan manisan pepaya ijo, sementara bahan baku kelapa menghasilkan camilan keripik kelapa, serta satu lagi produk yang dihasilkan yaitu kulit lumpia.
Antusias ibu-ibu PKK serta masyarakat setempat menjadi kebanggaan tersendiri bagi mahasiswa yang sedang melaksankan Kuliah Kerja Usaha.
“Semoga kedepannya ketika berkunjung ke Desa Beringin Sanggul, masih didapati produk yang ditinggalkan oleh mahasiswa KKU atau mungkin kita akan menemukan dipasar-pasar modern, semoga dan Amin,” pungkasnya.
Penulis : Yasmir, SE., M.M
Dosen Pada Fakultas Administrasi, Intitut Administrasi dan Kesehatan Setih Setio Muara Bungo.
Komentar