[responsivevoice_button voice=”Indonesian Female” buttontext=”Bacakan Berita ya” ]
SUARA ARTIKEL – Istilah senioritas dan bullying tentunya tidak asing lagi ditelinga kita. Pasalnya masalah ini selalu menjadi trending topic pembahasan masyarakat akibat sering ditemukan kasus ini, baik yang terjadi dikalangan anak-anak, remaja, bahkan dewasa.
Menurut KBBI, Senioritas adalah keadaan yang lebih tinggi dalam pangkat, pengalaman dan usia. Senioritas merupakan suatu hal yang biasa dilakukan dan terjadi di hampir setiap sekolah dI Indonesia maupun manca Negara. Begitu juga dI perguruan tinggi, fenomena ini tiak bias dipungkiri keberaaannya. Asas senioritas sebenarnya diterapkan dalam dunia militer, dimana setiap pasukan harus selalu patuh dengan semua perintah senior atau komandan mereka. Asas inilah yang dibawa oleh suatu pihak dalam dunia pendidikan yang menyebabkan senioritas menjadi kebiasaan yang turun temurun.
Menurut Deddy Conbuzer Bullying adalah perilaku agresif yang menggunakan ketidakseimbangan kekuasaan atau kekuatan. Bullying berbeda dengan konflik. Konflik melibatkan antagonism antara dua orang atau lebih. Setiap dua orang dapat memiliki konflik, perselisihan, atau perkelahian tetapi bullying terjai dimana adanya ketidaksamaan kekuatan.
Berdasarkan survey yang dilakukan di seluruh kampus Indonesia. Terbukti bahwa PKK (Pengenalan Kehidupan Kampus) masih merupakan agenda rutin yang dilaksanakan oleh seluruh kampus di Indonesai, pada masa ini, mahasiswa baru diperkenalkan mengenai dunia yang akan mereka masuki. Dan pada masa inilah lebih kental aura senioritasnya. Dimana seluruh junior atau mahasiswa baru diwajibkan untuk mengikuti instruksi dari seniornya. Dengan kewajibannya itu, mahasiswa baru secara tidak langsung harus mematuhi ketetapan yang sudah mendarah daging ini.
Senioritas sebenarnya memiliki dua sisi yang saling bertolak belakang. Ada yang bersifat positif dan negative. Senioritas positif tentunya yang sangat kita harapkan untuk diterapkan pada masa perkuliahan. Namun, beberapa kasuspun membuktikan senioritas negative menambah aura tersendiri dalam kehiupan mahasiswa. Berawal dari senioritas bias berakhir menjadi bullying. Salah satunya adalah bullying yang terjadi di Universitas Gunadarma terhadap mahasiswa berkebutuhan khusus, Muhammad Farhan. Pada tahun 2017 lalu, Farhan dibully habis-habisan oleh seniornya ketika mengikuti PKK di Universitas Gunadarma.
Menyikapi permasalahan tersebut, solusi terbaik tentunya yang paling dicari oleh semua pihak untuk mengatasinya. Adapun beberapa pilihan yang dapat diterapkan yaitu dengan melakukan pendidikan karakter kepada mahasiswa agar mengerti kodratnya sebagai makhluk social yang membutuhkan satu sama lainnya. Sehingga lebih mengedepannya kepentingan bersama dalam balutan kekeluargaan. Di sisi lain, peran pihak perguruan tinggi terkaitpun juga ambil andil untuk mensosialisasikan anti bullying dikalangan mahasiswa. Semangat mahasiswa merupakan semangat yang berapi api, bagi mahasiswa apapun itu pasti bisa lakukan.
Tanpa memikirkan efek yang akan ditimbulkan kelak dikemudian hari. Bak pohon, masih belom terlalu kokoh dan mudah tertiup angin. Dengan menyuguhkan pendidikan karakter dan moral Value, mahasiswa akan lebih menyadari harkat dan kodrat. Dibekali lagi dengan penyuluhan anti bullying serta pengenalan terhadap bahaya atau efek bullying. Menjadi cambuk kuat yang memberikan pandangan untuk meninggalkan perilaku bullying. mengarahkan mahasiswa paa Senioritas yang positif berlandaskan moral value dan kekeluargaan.
Penulis : Dedi Saputra
Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Jambi