Keberhasilan Tim Mayor Inf Gembong di Kongo Jadi Topik di Sidang DK PBB

SUARA KONGO – Keberhasilannya dalam memfasilitasi reunifikasi 422 mantan kombatan di wilayah Kashege, Mayor Inf Gembong Yudo Sasongko dijadikan sebagai salah satu topik pembicaraan yang disampaikan oleh Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi pada saat memimpin Sidang Dewan Keamanan (DK) PBB di New York.

Hal tersebut disampaikan Dansatgas TNI Konga XXXIX-A Kolonel Inf Dwi Sasongko melalui rilis tertulisnya di Camp Indo RDB, Kalemie, Tanganyika, Republik Demokratik Kongo, Kamis (9/5/2019).

Dijelaskan Dansatgas, Mayor Gembong yang menjadi topik pembicaraan Menlu dalam Sidang DK PBB pada hari Selasa (7/5/2019) merupakan perwira lulusan Akmil tahun 2006 yang saat ini sedang melaksanakan tugas perdamaian dalam Kontingen Garuda RDB Monusco.

“Jabatan organik (Mayor Gembong) di Korem 172, yaitu sebagai Pasiop. Sedangkan dalam Satgas ini, menjabat sebagai Kasi Intel,” ungkap Dwi Sasongko.

“Ketika, (Mayor Gembong) tertua di Standing Combat Deployment (SCD), dan berhasil memfasilitasi reunifikasi 422 mantan kombatan di wilayah Kashege serta berhasil mengupayakan rekonsiliasi antara komunitas lokal dengan mantan kombatan, sehingga memungkinkan reunifikasi keluarga,” imbuhnya.

Dikatakan Dwi Sasongko, selain Combat Operation Base (COB) ditiga wilayah berbeda, Satgas yang dipimpinnya itu juga menggelar enam SCD.

“SCD digelar di Mayanga, Kisonja, Lambo Katenga, Musenge, Kashege, dan Mwaka dengan kekuatan masing-masing setara dengan satu peleton plus dan dipimpin oleh Perwira yang berpangkat Mayor ataupun Kapten,” terangnya.

Keberhasilan dalam membangun rekonsiliasi dan reunifikasi para kombatan maupun warga lokal tidak terlepas dari peran mereka dalam memberikan rasa aman dan nyaman bagi para kombatan maupun warga komunitas lokal.

“Dengan kondisi itu, mereka (warga Kashege) memiliki harapan serta kehidupan bermasyarakat yang normal,” tegas Dwi Sasongko.

Keberhasilannya dalam meraih hati dan simpati warga setempat itu pun mendorong para mantan Kombatan menyerahkan diri termasuk menyerahkan berbagai jenis senjata dan munisi yang dipergunakan mereka.

“Dari keenam lokasi tersebut, kita dapat mengamankan 16 pucuk AK-47, 2 machine gun, 2 RPG, 1 buah granat tangan, 421 butir munisi kal 7.62 mm, 9 magasen AK-47, 319 busur dan 983 anak panah dari masyarakat, secara sukarela,” ucap peraih Adhi Makayasa Akmil Tahun 1998 itu.

“Termasuk juga berhasil memfasilitasi reunifikasi 422 orang mantan kombatan,” tambahnya

RDB (Rapidly Deployable Battalion), lanjut Dwi Sasongko, pada dasarnya buah dari kerjasama tim yang mendapatkan dukungan penuh dari Monusco, serta kedekatan hubungan emosional antara satgas dengan warga masyarakat dan aparat pemerintah setempat.

“Untuk merebut hati dan simpati warga, kita kedepankan berbagai kegiatan Civil and Military Coordination (Cimic), atau jika di TNI kita sebut dengan Binter (Pembinaan Teritorial). Ini tentu menjadi kebanggaan tersendiri bagi kita, ternyata program Binter yang sering dilakukan di tanah air berhasil diterapkan di sini,” kata Dwi Sasongko.

‘’Secara rutin, kita berikan pelayanan kesehatan gratis, penyuluhan kesehatan, psikologi sosial, perpustakaan mini, pertemuan para pemuka adat, tokoh masyarakat dan kepala desa di wilayah Tanganyika. Itu semua lakukan untuk membangun kedekatan, komunikasi dan sinergi dalam meringankan permaslahan yang dihadapi warga,” pungkasnya.

Sebagai informasi, Satgas TNI Konga XXXIX-A RDB Monusco yang telah bertugas di Kongo selama 6 bulan ini memiliki kekuatan 850 personel gabungan TNI AD, AL dan AU, yang di dalamnya terdapat 23 personel Wanita TNI sebagai Female Engagement Team/FET. (*)

Komentar