SUARA BUNGO – Aktivitas penambangan batubara PT Kuansing Inti Makmur (KIM) di kabupaten Bungo diduga mencemari sungai Batang Asam. Warga sekitar-pun pada saat tertentu tidak bisa menggunakan air yang telah lama menjadi hajad hidup bagi mereka.
Warga Dusun Tanjung Belit, kecamatan Jujuhan yang berbatasan langsung dengan lokasi tambang PT KIM ini mengeluhkan dugaan pencemaran sungai yang dilakukan oleh perusahaan tambang tersebut.
Rio (Kades, red) Tanjung Belit, Jondri Yusren kepada awak media mengungkapkan, jika ada dua aliran air bekas tambang yang dialirkan ke sungai Batang Asam. Sehingga pada saat-saat tertentu air keruh bekas tambang itu langsung membuat perubahan warna air sungai yang mengalir jernih ikut menjadi keruh.
“Dari sepemantauan kami, air keruh itu mengalir ke sungai Batang Asam pada saat hujan. Kadang malam hari. Mungkin sengaja supaya tidak kelihatan dengan orang banyak,” ucap Jondri Yusren.
Menurut datuk rio juga, kondisi seperti itu sejak sekitar 2 tahun terakhir masyarakat Tanjung Belit rasakan. Namun belakangan, keluhan dari masyarakat yang disampaikan kepadanya semakin sering dan banyak.
“Masyarakat tidak tahan lagi mandi dan menggunakan air keruh lagi. Biasanya kalau tidak hujan di hulu sangat deras air sungai tidak sampai keruh. Tapi belakangan tidak hujanpun sungai keruh. Dan kita dapatkan sumber keruhnya adalah dua parit yang mengalir dari tambang PT KIM dialiri ke sungai Batang Asam,” beber Datuk Rio.
Dampak lainnya juga saat ini mulai adanya warga yang mengalami gatal-gatal. Diduga akibat dari penggunaan air sungai Batang Asam yang sudah tercemar.
Pantauan awak media di lapangan, terdapat dua aliran dari arah tambang baturan PT KIM yang masuk ke sungai Batang Asam. Satu aliran berbentuk polongan berdiameter sekitar 1 meter dan satu aliran lagi berbentuk parit dengan lebar sekitar1,5 meter.
Parit dan polongan itu mengalirkan air dengan kondisi keruh dan sangat kental. Dengan aliran yang cukup besar itu membuat sungai Batang Asam mulai dari titik polongan dan parit itu menjadi ikutan keruh. Padahal kondisi yang kontras terlihat dibagian hulunya dengan kondisi air yang sangat jernih.
“Kalau cuaca panas, biasanya orang itu buan limbah yang turun dari polongan dan parit itu warnanya sangat keruh dan bahkan bercampur lumpur. Tapi kalau sewaktu-waktu seperti sekarang ini bisa dilihatlah bagaimana air yang dialirkan ke sungai itu. Mereka membuang limbah ke sungai tidak menentu, kadang siang dan kadang pada malam hari,” ucap warga di lokasi yang minta namanya tak disebutkan.
Sementara itu, pihak PT. KIM saat dikonfirmasi belum bersedia untuk memberikan klarifikasi terkait permasalahan tersebut. (*)
Komentar