Diduga Ada Pungli di SMK Negeri 9 Bungo, Jumlahnya Mencapai Rp450 Ribu Per Murid

SUARA BUNGO – Lagi-lagi kabar tak sedap terdengar di dunia pendidikan dari Kabupaten Bungo kembali tercoreng dengan adanya dugaan pungutan (Pungli) disalah satu SMK Negeri di Kecamatan Pelepat Ilir, Kabupaten Bungo, Provinsi Jambi.

Informasi tersebut terkuak saat awak media berkunjung ke sekolah tersebut. Saat itu awak media melihat ada bangunan yang baru dibangun, tim media tidak sengaja bertemu murid – murid yang sedang ngobrol lalu mereka bercerita bahwa mereka diminta iuran untuk membangun bangunan tersebut.

Baca Juga :  Diduga Terjadi Pungli Hingga Rp500 Ribu, Program PTSL di Desa Suka Makmur Bungo Disorot

Saat dikonfirmasi beberapa orang murid di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 9 Bungo, Bunga (bukan nama sebenarnya, red) mengatakan, bahwa mereka diminta bayar iuran untuk membangun Mushola. Dijelaskannya, iuran itu di minta kepada seluruh murid SMK N 9 Bungo dengan nominal berbeda-beda.

“Kami kan kelas 2, kami diminta Rp200 ribu, kelas satu kalau gak salah Rp450 ribu dan anak kelas 3 itu Rp350 ribu. Langsung sama orang tua kami kemarin yang bayar. Mereka ikut juga rapatnya kemarin,” beber Bunga dengan lantang, Selasa (28/11/2023).

Baca Juga :  MTQ Ke-52 Tingkat Kabupaten Bungo Diduga Ada Permainan, Nilai 53 Poin Bisa Dikalahkan Dengan Nilai 28 dan 26

Terkait informasi tersebut, Kepala SMK Negeri 9 Bungo, Mardianto diduga tidak transparan saat ditanyakan oleh awak media terkait sumber dana yang digunakannya untuk membangun Mushola yang ada dilingkungan sekolahnya tersebut.

Saat ditemui diruang kerjanya, Mardianto terlihat agak emosi saat menjawab pertanyaan yang dilayangkan oleh pewarta. Dia juga membantah keras terkait adanya iuran tersebut. Bahkan diakuinya dana untuk membangun Mushola tersebut bersumber dari dana BOS, dan sebagian bersumber dari dana pribadinya sendiri.

“Kemarin kami anggarkan dananya dari dana BOS, cuma dana bos itukan tidak boleh upah, kalau material boleh, cuman ada batasannya kemudian sebagian, jadi tekhniknya bangun dulu pak, baru komite mau iuran. Dia mau pasti, mereka juga gak mau seratus persen juga, dan sebagian juga dari dana pribadi saya. Kalau tidak dibangun dulu, komite tidak mau iuran, sebab Komite mau melihat hasilnya dulu, kalau tidak pasti mereka tidak mau, dan juga bangunan tersebut belum juga pasti jadi,” kilah Mardianto. (Oni)

Komentar