PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PERKEMBANGBIAKAN MAHLUK HIDUP MELALUI IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DI KELAS VI SDN.194/II SUNGAI PINANG

Oleh : Nurhayati., M.Pd.
Email : nurhayati150118@gmail.com
Guru SDN.194/II Sungai Pinang
Kabupaten Bungo

Abstrak

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui bagaimana implementasi model Cooperative Learning Tipe Jigsaw terhadap peningkatan keaktifan siswa dan dampaknya pada peningkatan kualitas Pembelajaran IPA di Kelas VI SDN.194/II Sungai Pinang, kecamatan Bungo Dani, kabupaten Bungo. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan desain penelitian tindakan kelas dengan 3 siklus tindakan, dimana setiap siklus terdiri dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Partisipan penelitian adalah siswa-siswa kelas VI SDN.194/II Sungai Pinang, yang berjumlah 26 orang, terdiri dari 13 orang siswa laki-laki dan 13 orang siswa perempuan. Metode pengumpulan data melalui data: Latar belakang Demografik, Catatan dan refleksi guru, Observasi, Catatan Siswa, dan tes selanjutnya data hasil tindakan direfleksi untuk menentukan tindakan siklus dan kesimpulan akhir penelitian.

PENDAHULUAN

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran kelas yang wajib diikuti oleh murid pada jenjang sekolah dasar. Sebagai mata pelajaran wajib, perlu dilakukan upaya perbaikan dan peningkatan mutu pembelajaran IPA. Salah satu upaya yang ditawarkan adalah pembelajaran yang didasarkan pada pandangan kontruktivisme. Menurut Sutarno (2008, hal.18), “pandangan konstruktivis dalam proses pembelajaran IPA seyogyanya disediakan serangkaian pengalaman berupa kegiatan nyata yang rasional atau dapat dimengerti dan memungkinkan terjadinya interaksi sosial, intinya proses belajar mengajar berlangsung siswa harus terlibat langsung dalam kegiatan nyata”. Dengan kata lain, melalui pembelajaran dengan pandangan konstruktivisme siswa akan terlibat aktif dalam proses pembelajaran khususnya pembelajaran IPA materi Perkembangbiakan Mahluk Hidup.
Berdasarkan data observasi awal, proses pembelajaran IPA di kelas VI SDN.194/II Sungai Pinang , dari jumlah 26 orang siswa, hanya terlihat 5 orang siswa yang aktif dalam pembelajaran, baik dalam hal bertanya, menjawab pertanyaan maupun dalam kegiatan diskusi kelompok. Kurangnya keaktifan siswa tentunya berpengaruh pada hasil belajar siswa. Hal ini tampak pada hasil ulangan mata pelajaran IPA dari 26 siswa hanya 50 % atau 13 orang siswa yang berhasil memperoleh nilai di atas KKM. Hal ini tentu saja merupakan kendala dalam proses belajar dan pemerolehan pengalaman nyata siswa dalam mata pelajaran IPA. Perlu adanya upaya guru untuk peningkatan kualitas pembelajaran, salah satu upaya yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yaitu dengan penerapan model belajar yang dapat menarik minat siswa untuk aktif dalam pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang mungkin memberikan dampak positif untuk peningkatan kualitas pembelajaran IPA dan sesuai dengan kondisi dan situasi di sekolah yang akan diteliti adalah model cooperative learning (Slavin, 2005).

Menurut Slavin (2005 yang diterjemahkan oleh Lita, 2009), cooperative learning memiliki kelebihan untuk mengembangkan hubungan antar siswa dari latar belakang yang berbeda dan antara siswa-siswa khusus terbelakang secara akademik dengan teman sekelas mereka. Inilah alasan mengapa pembelajaran kooperatif perlu diterapkan. Salah satu model pembelajaran kooperatif yang telah dikembangkan adalah cooperative learning tipe Jigsaw. Cooperative learning tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya (Arends, 1997).

PEMBAHASAN

a. Latar Belakang

Menurut Slavin (2005 yang diterjemahkan oleh Lita, 2009), kunci pembelajaran tipe Jigsaw ini adalah interdependensi yaitu tiap siswa bergantung pada teman satu timnya untuk dapat memberikan informasi yang diperlukan supaya dapat berkinerja baik pada saat penilaian kelompok. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya. Hal ini merupakan bentuk kegiatan pembelajaran yang sangat tepat untuk dapat menumbuhkan motivasi siswa dalam belajar yang bermuara pada peningkatan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Motivasi dan keaktifan siswa merupakan langkah untuk menuju pembelajaran yang efektif yang berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa.

Berdasarkan hasil refleksi dan kajian hasil penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti, seperti Juniarta, Suarjana, dan Parmiti (2012), serta Jumarni, Sarmanto, dan Masitoh (2012), kedua hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa terdapat peningkatan hasil dan aktifitas pembelajaran dari penerapan model cooperative learning tipe jigsaw. Namun, penelitian tindakan kelas untuk pembelajaran IPA dengan Cooperative Learning tipe Jigsaw masih langka dilakukan di Jambi. Maka peneliti tertarik untuk menerapkan model cooperative learning tipe Jigsaw sebagai model pembelajaran untuk meningkatkan keaktifan belajar pada pembelajaran IPA. Berdasarkan latar belakang sebagaimana telah diuraikan, maka dalam penelitian ini peneliti mengangkat judul penelitian: “PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PERKEMBANGBIAKAN MAHLUK HIDUP MELALUI IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DI KELAS VI SDN.194/II SUNGAI PINANG”.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, berikut rumusan masalah yang akan diteliti pada penelitian ini :1) Bagaimana implementasi model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap peningkatan keaktifan siswa pada materi Perkembangbiakan Mahluk Hidup di kelas VI SDN.194/II Sungai Pinang? 2) Bagaimana dampak implementasi model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, terhadap hasil belajar IPA pada materi Perkembangbiakan Mahluk Hidup di kelas VI SDN.194/II Sungai Pinang?
Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk mengetahui : 1. Implementasi model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap peningkatan keaktifan siswa pada materi perkembangbiakan mahluk hidup di kelas VI SDN.194/II Sungai Pinang dan 2. Dampak implementasi model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap hasil belajar siswa pembelajaran IPA materi Perkembangbiakan Mahluk Hidup di kelas VI SDN.194/II Sungai Pinang.
Dalam penelitian yang diusulkan ini, terdapat batasan penelitian. Secara operasional, fokus penelitian dibatasi kepada dampak implementasi cooperative learning tipe Jigsaw terhadap peningkatan keaktifan siswa dalam pembelajaran. Selanjutnya, penelitian tindakan kelas ini direncanakan dilaksanakan dalam 3 (tiga) siklus, setiap siklus terdiri dari empat langkah yaitu Perencanaan (Plan) , Pelaksanaan (Action), Pengamatan (Observation), dan Refleksi (Reflection). Dalam penelitian ini yang akan diteliti yaitu siswa kelas VI yang berjumlah 26 (dua puluh enam) orang, dengan materi Perkembangbiakan Mahluk Hidup kelas VI semester 1 (satu).

Baca Juga :  Dumisake Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Nelayan Dan Pembudidaya Ikan

PEMBAHASAN

Penerapan model pembelajaran yang tepat dapat menunjang peningkatan kualitas pembelajaran. Pengertian belajar yang cukup komprehensif diberikan oleh Bell-Gredler (1986 dikutip dalam Winataputra, 2007) yang menyatakan bahwa “belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam kemampuan (competencies) ,ketrampilan (Skill) dan sikap (attitudes) tersebut diperoleh secara bertahap dan berkelanjutan mulai dari masa bayi sampai masa tua melalui rangkaian proses belajar sepanjang hayat, sedangkan pengertian model pembelajaran menurut Suyanto (2013, hal.134), “model pembelajaran adalah kerangka dasar pembelajaran yang dapat diisi oleh beragam muatan mata pelajaran sesuai dengan karakteristik kerangka dasarnya”. Kerangka dasar ini memuat tanggung jawab guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran.
Model pembelajaran kooperatif bukanlah hal yang sama sekali baru bagi guru. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah) dan jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran sosial, menurut Uno (2012, hal.25), “model pembelajaran sosial difokuskan pada peningkatan kemampuan individu dalam berhubungan dengan orang lain, terlibat dalam proses demokratis dan bekerja secara produktif dalam masyarakat”.

Pengertian pembelajaran kooperatif menurut Slavin (2005 yang diterjemahkan oleh Lita, 2009), adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja kelompok-kelompok kecil berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat menarik peserta didik lebih termotivasi dalam belajar. Sedangkan menurut Lie (2002 dikutip dalam Wena 2013, hal.189) “pembelajaran kooperatif adalah sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur , dan dalam sistem ini guru bertindak sebagai fasilitator”. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah sistem pembelajaran yang berusaha memanfaatkan teman sejawat sebagai sumber belajar, di samping guru dan sumber belajar lain. Dari beberapa pengertian menurut para ahli dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah cara belajar dalam bentuk kelompok-kelompok kecil yang saling bekerjasama dan diarahkan oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Model pembelajaran kooperatif dikatakan berhasil apabila peserta didik dapat mencapai tujuan mereka dengan saling membantu. Menurut Sani (2013, hal.132) “tujuan pembelajaran kooperatif yang dapat dicapai adalah: (a) penguasaan pengetahuan akademik, (b) penerimaan terhadap keragaman, dan (c) pengembangan ketrampilan sosial”. Untuk mencapai tujuan tersebut guru perlu memperhatikan sintaks model pembelajaran kooperatif. Berikut sintaks model pembelajaran kooperatif yang dikemukakan oleh Arend (1997 dikutip dalam Sani, 2013):

Tabel 2.1: Sintaks Pembelajaran Kooperatif

FASE – FASE TINGKAH LAKU GURU

FASE 1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar
FASE 2 Menyajikan informasi Guru menyajikan kepada siswa dengan jalan demontsrasi atau lewat bahan bacaan
FASE 3 Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok belajar Guru menjelaskan kepada siswa begaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efesien
FASE 4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka
FASE 5 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempersentasikan hasil kerjanya.
FASE 6 Memberikan penghargaan Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

Pembelajaran Koperatif Tipe Jigsaw dikembangkan oleh Aronson (1978). Menurut Aronson (1978 dikutip dalam Uno & Muhammad, 2011, hal.110), “Jigsaw adalah salah satu pendekatan dalam pembelajaran kooperatif di mana dalam penerapannya siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok, tiap kelompok terdiri atas tim ahli sesuai dengan pertanyaan yang disiapkan guru maksimal lima pertanyaan sesuai dengan jumlah tim ahli.” Pengertian lain juga dikemukakan oleh Slavin (2005 diterjemahkan oleh Lita, 2009), sebagai berikut:

Jigsaw adalah bentuk pembelajaran koperatif dimana para siswa diberikan tugas untuk membaca beberapa bab, dan diberikan “lembar ahli” yang terdiri atas topic-topik yang berbeda yang harus menjadi focus perhatian masing-masing anggota tim saat mereka membaca, setelah anak selesai membaca siswa dari tim yang berbeda bertemu dengan anggota lain di topik yang sama dalam “kelompok ahli” untuk mendiskusikannya, dan kembali ke tim awal dan mengajari teman satu timnya mengenai topik mereka. (hal. 237).

Menurut Sudjana (2010), dalam proses belajar mengajar keaktifan siswa dapat dilihat dari indikator-indikator berikut:

(1) Siswa tidak hanya menerima informasi, tetapi lebih banyak mencari dan memberI informasi. (2) Siswa mengajukan pertanyaan, baik kepada guru maupun siswa lainya. (3) Siswa lebih banyak mengajikan pendapat terhadap informasi yang disampaikan oleh guru atau terhadap pendapat yang diajukan oleh siswa lain. (4) Siswa memberikan respon nyata terhadap stimulus belajar yang diberikan oleh guru, seperti membaca, mengerjakan tugas, mendiskusikan serta memecahkan masalahnya dengan teman lainnya, bertanya kepada teman lain bila mendapat kesulitan, mencari informasi dan beberapa sumber belajar dan kegiatan nyata lain. (5) Siswa berkesempatan melakukan penilaian sendiri terhadap hasil pekerjaannya sekaligus memperbaiki dan menyempurnakan yang diangkapnya masih belum sempurna. (6) Siswa membuat sendiri kesimpulan pelajaran dan bahasa dengan cara masing- masing, baik secara mandiri maupun secara kelompok. (7) Siswa memanfaatkan sumber belajar atau lingkungan belajar yang ada disekitarnya secara optimal dalam kegiatannya merespos stimulus belajar yang diberikan oleh guru. (hal.115).

Baca Juga :  Pembukaan Lahan Tanpa di Bakar

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana implementasi model cooperative learning tipe jigsaw terhadap peningkatan keaktifan siswa pada pembelajaran IPA materi Perkembangbiakan Mahluk Hidup di kelas VI SDN.194/II Sungai Pinang, dan untuk mengetahui dampak implementasi model cooperative learning tipe jigsaw terhadap peningkatan kualitas pembelajaran IPA materi Perkembangbiakan Mahluk Hidup di kelas VI SDN.194/II Sungai Pinang. Dalam penelitian ini, peneliti mengunakan pendekatan penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di SDN.194/II Sungai Pinang, kecamatan, Bungo Dani, kabupaten Bungo, Jambi. Lokasi penelitian ini dipilih karena peneliti adalah guru kelas VI di SDN.194/II Sungai Pinang. Dalam penelitian ini difokuskan pada keaktifan dan hasil belajar siswa pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi Perkembangbiakan Mahluk Hidup.
a. Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe jigsaw Terhadap Peningkatan Keaktifan Siswa.
Pada siklus 1 dapat dilihat bahwa guru belum sepenuhnya dapat mengimplementasikan model pembelajaran koperatif pada pertemuan pertama di siklus 1 ini, hal ini tampak pada fase 1 pada kegiatan memotivasi siswa untuk mengajukan dan menjawab pertanyaan, hal ini disebabkan oleh masih kurang aktifnya siswa dalam bertanya dan mengajukan pertanyaan. selanjutnya pada fase 5 kegiatan presentasi kelompok asal dan penjelasan masing-masing ahli di kelompok asal juga belum terlaksana, hal ini disebabkan oleh kurangnya waktu pembelajaran karena guru belum mampu mengoptimalkan kegiatan dengan waktu pembelajaran yang tersedia. Sementara dari sisi siswa terjadi sedikit peningkatan keaktifan dalam belajar dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

Pada siklus 2 guru belum sepenuhnya dapat mengimplementasikan model pembelajaran koperatif pada pertemuan pertama di siklus 2 ini, hal ini tampak pada fase 1 saat memotivasi siswa mengajukan dan menjawab pertanyaan, karena kegiatan berupa percobaan dimana siswa diberi tugas melakukan percobaan, sementara pada Fase 5 menjelaskan materi kepada teman, diskusi kelompok asal juga belum optimal terlaksana, hal ini masih disebabkan oleh kurangnya waktu pembelajaran karena guru belum mampu mengoptimalkan kegiatan dengan waktu pembelajaran yang tersedia dan kegiatan untuk mencapai tujuan tersebut belum efektif. Namun kelebihan pada pertemuan pertama siklus ini telah tampaknya ketrampilan proses pada pembelajaran IPA yang akan diintegrasikan paada pembelajaran koperatif tipe Jigsaw. Hal ini peneliti lakukan agar tampak keterkaitan antara karakteristik pembelajaran IPA dengan model pembelajaran yang diterapkan, tampak ketertarikan siswa yang menunjang untuk peningkatan keaktifannya. dapat dilihat bahwa beberapa indikator keaktifan siswa mengalami perbaikan dibandingkan pada pertemuan sebelumnya. Peningkatan tersebut terlihat pada indikator penyelesaian tugas, presentasi hasil kerja kelompok dan diskusi kelompok serta menjelaskan materi kepada teman, namun pada indikator mengajukan dan menjawab pertanyaan perlu perbaikan tindakan pada pertemuan berikutnya, dengan percobaan yang dilakukan tampak peningkatan keaktifan siswa, trik ini peneliti anggap berhasil namun masih perlu perbaikan dan kegiatan sejenis agar lebih meningkatkan keaktifan siswa.

Pada siklus 3 dapat dilihat bahwa guru belum dapat sepenuhnya mengimplementasikan model pembelajaran koperatif pada pertemuan pertama di siklus 3 ini, pada fase 5 menjelaskan materi kepada teman dalam tim asal belum optimal terlaksana, hal ini masih disebabkan oleh kurangnya waktu pembelajaran karena guru belum mampu mengoptimalkan kegiatan dengan waktu pembelajaran yang tersedia dan kegiatan untuk mencapai tujuan tersebut belum efektif. Namun, pada indikator mengajukan dan menjawab pertanyaan kepada teman mengalami peningkatan. dapat dilihat bahwa sebagian besar indikator keaktifan siswa mengalami peningkatan pada pertemuan ketiga siklus 3. Dari pertimbangan tersebut, maka peneliti beserta teman sejawat sepakat untuk mengakhiri tindakan pada penelitian ini. Peneliti merasa pembelajaran yang dilakukan pada akhir siklus 3 ini telah berhasil meningkatkan keaktifan siswa, pada setiap indikator meskipun belum pada tahap sempurna. Peneliti berharap semoga penelitian ini bermanfaat bagi perbaikan pembelajaran di kelas.

b. Dampak Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif tipe jigsaw, Terhadap Hasil Belajar Siswa.

Refleksi Dampak Tindakan Terhadap Kualitas Pembelajaran IPA Siklus 1
No Indikator Kualitas Pembelajaran Kemajuan Kekurangan
1. Perilaku pembelajaran guru Belum terlihat kemajuan pada perilaku guru dalam pembelajaran, karena merupakan pertemuan awal pada siklus penelitian. – Interaksi guru dan siswa
– Kurangnya pemberian motivasi siswa untuk aktif dalam belajar.
2. Perilaku dan dampak belajar siswa
Mulai terlihat kemajuan pada perilaku dan dampak belajar, siswa mulai suka pada pembelajaran, meskipun pertemuan awal pada siklus penelitian, hal ini tampak pada catatan siswa selama pembelajaran. – Interaksi guru dan siswa.
– Siswa belum termotivasi dalam belajar.
– Interaksi antar siswa.
– Belum terlihat dampak tindakan secara jelas.
3. Iklim pembelajaran
Belum terlihat kemajuan pada iklim pembelajaran, karena merupakan pertemuan awal pada siklus penelitian. – Belum terlihat iklim belajar yang menunjang dalam pembelajaran.
4. Materi pembelajaran
Belum terlihat kemajuan pada materi pembelajaran, karena merupakan pertemuan awal pada siklus penelitian. – Siswa belum memahami materi pelajaran yang disajikan.

5. Media pembelajaran
dan sistem pembelajaran – Menggunakan media pembelajaran yang menunjang pembelajaran.
– Penerapan sistem pembelajaran koperatif. – Siswa belum memahami materi pelajaran yang disajikan.

Hasil belajar siklus 1 dari 26 orang siswa, tingkat ketuntasan belajar mencapai 69 % dengan nilai rata-rata 74.60. sedangkan pada siklus 2 hasil belajar siswa mengalami peningkatan dengan perolehan tingkat ketuntasan 80 % dan nilai rata-rata hasil belajar 77.50. Sebagai akhir siklus penelitian ayng direncanakan pada siklus 3 mengalami peningkatan hasil belajar dengan tingkat ketuntasan 100% dan rata-rata kelas 82. Hal ini menunjukkan bahwasannya implementasi model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa.

Baca Juga :  Bupati Tanjabbar Panen Padi Raya Kampung Tangguh Siginjai

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil penelitian yang telah dikemukakan dalam penelitian ini, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1.) Implementasi model cooperative learning tipe jigsaw dapat meningkatkan keaktifan siswa pada pembelajaran IPA di kelas VI SDN.194/II Sungai Pinang hal ini tampak pada peningkatan indikator keaktifan belajar siswa di kelas. 2.) Implementasi model cooperative learning tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA di kelas VI SDN.194/II Sungai Pinang hal ini tampak pada peningkatan hasil belajar siswa di kelas.

Beberapa saran yang dapat peneliti sampaikan terkait hasil penelitian ini, sebagai berikut : 1.) Pemahaman dan penerapan model pembelajaran yang tepat sangat berpengaruh pada tercapainya tujuan dan proses pembelajaran yang aktif, guru hendaknya kreatif dalam menentukan strategi dan model pembelajaran di kelas demi perbaikan kualitas pembelajaran. 2. ) Upaya perbaikan kualitas menjadi tanggung jawab bersama, mulai dari pemerintah sampai ke level terbawah. Guru sebagai ujung tombak penentu kualitas pembelajaran hendaknya, melakukan perubahan dan inovasi dengan diawali niat yang tulus dan kemauan untuk berubah ke arah yang lebih baik. 3. ) Semoga penelitian ini dapat dijadikan rujukan untuk penelitian sejenis demi peningkatan kualitas pembelajaran.

REFERENSI

Allport, G. (1990). Guru yang efektif. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Arends, R. L. (1997). Classroom instruction and management. New York: McGraw-Hill.
Aronson, E. (1978). The jigsaw classroom. Bandung: Sinar Baru.
Atiah, K. (2014). Meningkatkan hasil belajar energi dan penggunaannya pada siswa kelas iv sdn mansahang melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Jurnal Kreatif Tadulako Online, 4(1), 107-115. Tersedia: http://eprints.ums.ac.id/24899/12/02.pdf
Dess, R.L. (1991). Teori perkembangan konsep dan aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Gredler, B. (1986). Learning and instruction. New York: Macmillan Publishing.
Burns, A. (2010). Doing action research in English language teaching: A guide forpractitioners. New York: Routledge.
Creswell, J. W. (2007). Qualitative inquiry and research design: Choosing among five traditions (2nd ed). Thousand Oaks, CA: Sage Publications.
Creswell, J. W. (2012). Educational research: Planning, conducting, and evaluating quantitative and qualitative research. Boston: Pearson Education, Inc.
Dalyono. (2012). Psikologi pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Dewi, D. L. (2009). Penerapan metode kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan ketrampilan bercerita pada siswa kelas iii sdn. karang talun tahun 2008/2009. (Skripsi, Universitas Sebelas Maret, Indonesia). Tersedia: http://core.ac.uk/download/pdf/16807880.pdf.
Depdiknas. (2004). Peningkatan Kualitas Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas.
Dierich, P.D. (2001). Proses belajar mengajar. Bandung: Riyanto,yatim.
Dimyati & Mujiono. (2013). Belajar dan pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamalik, O. (2001). Proses belajar mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Hill, W.F. (1993). Theories of learning. Terjemah: M.Kozim. Bandung: Nusa Media.
Ibrahim, M. (2000). Pembelajaran kooperatif. Surabaya: UNESA.
Jumarni S., Sarwanto, & Masithoh, D. F. (2013). Penerapan pembelajaran fisika model kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar fisika siswa di smp. Jurnal Pendidikan Fisika, 1(2), 34-40. Tersedia: http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/pfisika/article/view/2800.
Juniarta, I. G., Suarjana., & Parmiti D. P. (2012). Penerapan model kooperatif tipe jigsaw 1 dengan menggunakan alat peraga untuk meningkatkan hasil belajar ipa kelas V. Jurnal Universitas Ganesha. (2013). 1-10. Tersedia: http://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPGSD/article/view/1560.
Kemmis, S., & Mc Taggart, R. (1988). Theaction research planner, 3rd edn. Geelong, Australia: Deakin University Press.
Killen, R. (1996). Effective teaching strategis. Wentworth Falls: Social Science Press.
Lie, A. (2002). Cooperative learning. Jakarta: Grasindo.
Lie, A. (2005). Cooperative learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Masriyah, S. (2012). penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas Iv pada pelajaran ipa (Skripsi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Indonesia). Tersedia: http://core.ac.uk/download/pdf/16807880.pdf.
Miles, M. B., & Huberman, A. M. (1994).Qualitative data Analysis: An expanded sourcebook.San Francisco, CA: Sage Publications, Inc.
Mukminin, A. (2012). From east to west: A phenomenological study of Indonesian graduate students’ experiences on the acculturation process at an American public research university (Doctoral Dissertation). Tersedia:
http://diginole.lib.fsu.edu/etd/5056.
Neuman, W. L. (2013). Metode penelitian social: Pendekatan kualitatif dan kuantitatif edisi ketujuh (terjemahan). Jakarta: Indeks.
Nugraheni. A. S. (2012). Penerapan strategi cooperative learning dalam pembelajaran bahasa indonesia. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.
Rofiq, M. N. (2010). Pembelajaran kooperatif ( cooperative learning ) dalam pengajaran pendidikan agama islam. Jurnal Falasiva I(1), 1-13. Tersedia : https://jurnalfalasiva.file.wordpress.com/2012/11.
Sani, R. A. (2013). Inovasi pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Slavin, R. E. (2005). Cooperative learning: Theory, research and practice. London: Allymand Bacon.
Slavin, R. E. (2009). Cooperative learning: Teori, riset dan praktik cetakan ke-v terjemah: Lita. Bandung: Nusa Media.
Sudjana, N. (2010). Cara belajar siswa aktif dalam proses belajar mengajar. Bandung: Sinar Baru.
Suyanto, J. (2013). Menjadi guru profesional: Strategi meningkatkan kulifikasi dan kualitas guru di era global. Jakarta: Erlangga.
Sutarno, N. (2008). Materi pokok materi dan pembelajaran ipa sd. Cetakan ke-10. Jakarta: Universitas terbuka.
Trianto. (2013). Model pembelajaran terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.
Uno, H. B.,& Muhammad (2011). Belajar dengan pendekatan pailkem. Jakarta: Bumi Aksara.

Uno, H. B. (2012). Model pembelajaran: Menciptakan proses belajar mengajar yang kreatif dan efektif. Jakarta: Bumi Aksara.
Wahyana. (1997). Interaksi dan motivasi belajar mengajar. Yogyakarta: Rajawali Press.
Warsono, M. S., & Hariyanto, M.S. (2013). Pembelajaran aktif. Bandung: Rosda.
Wena, M. (2013) Strategi pembelajaran inovatif kontemporer: Suatu tinjauan konseptual operasional. Jakarta: Bumi Aksara.
Winataputra. (2007). Materi pokok teori belajar dan pembelajaran. Cetakan ke-2. Jakarta: Universitas terbuka.
Zul F. E. M., & Senja R. A. (2008). Kamus lengkap bahasa indonesia, Cetakan ketiga. Jakarta: Aneka Ilmu.

Komentar