SUARA BUNGO – Aktivitas Penambang Emas Tanpa Izin (PETI) di seputaran Bandara Muara Bungo terus beroperasi siang dan malam. Bahkan dua hari lalu diinformasikan jika dilokasi tersebut sampai menelan korban jiwa. Satu pekerja dikabarkan meninggal dunia tertimbun longsor.
Menindaklanjuti informasi tersebut, Kapolres Bungo AKBP Guntur Saputro langsung mendatangi lokasi PETI di sekitar Bandara itu. Didampingi beberapa orang anggota Polres Bungo, Guntur melihat PETI satu persatu rakit yang berada dilokasi itu.
Dia menyebut jika aktivitas PETI dilokasi tersebut harus dihentikan secepatnya. Apalagi jarak dengan landasan pacu bandara cukup dekat.
“Kami menghimbau agar aktivitas PETI diseputaran lokasi bandara ini dihentikan,” ujar Kapolres, Kamis (30/9/2021) siang.
Jika aktifitas tersebut tidak berhenti dengan sendirinya, maka pihaknya terpaksa akan menindak tegas secara hukum. Dan dirinya memberikan deadline untuk segera keluar dari lokasi tersebut.
“Kita berikan deadline secepatnya, kalau masih ada aktivitas PETI disini, maka akan kami tindak tegas,” tegasnya.
Aktivitas PETI diseputaran Bandara Muara Bungo ini sudah lama terjadi. Disini menggunakan dua metode, Pertama metode dompeng darat dengan menggali tanah, kedua Dompeng lanting (rakit).
Kejadian dugan tertimbunnya warga Madura dilobang PETI beberapa hari lalu membuat aktivitas tambang dilokasi tersebut berhenti sejenak. Namun sehari kemudian mereka kembali bekerja seperti biasanya.
Namun sesaat sebelum Kapolres Bungo datang kelokasi, aktivitas ini mendadak setop. Tidak ada satu orangpun pekerja ada dilokasi tersebut, sementara peralatan PETI masih terlihat utuh semuanya.
Kemungkinan semua pekerja terlebih dahulu diinformasikan oleh Cepu mereka jika Kapolres Bungo akan datang kelokasi alias informasi terlebih dahulu telah bocor.
“Nanti akan kita panggil pemilik lahan dan masyarakat yang bertanggung jawab atas lokasi PETI ini,” tegasnya lagi.
Dilokasi sekitar bandara terdapat banyak aktivitas PETI jenis dompeng lanting (rakit) dan dompeng darat yang menggali tanah ke arah tebing. Untuk dompeng lanting, mereka bekerja ditengah genangan air dengan menggunakan rakit.
Sementara untuk Dompeng darat, mereka membuka lobang dan digali dengan cangkul dan dibantu dengan semprotan air dari mesin penyedot air.
Lokasi ini sangat dekat dengan Bandara Muara Bungo. Dari lokasi tampak jelas lahan kosong milik Bandara. Begitu juga dari Bandara, terlihat jelas kepulan asap hitam dari posisi tambang tersebut.
Sebelumnya awak media juga sempat berbincang dengan beberapa pekerja PETI dilokasi itu. Dia menyebut jika bekerja di sekitar bandara Muara Bungo memang aman. Sampai saat ini tidak ada yang namanya pekerja disana ditangkap aparat saat razia.
“Razia tetap ada, cuman sebelum razia biasanya ada yang beritahu kami bang. Kalau razia, dilokasi ini satu pambelpun tidak ada yang dibawa oleh petugas,” katanya.
Ketika ditanya mengapa demikian? pekerja asal jawa itu menyebut jika disana sudah ada pengamanan dari oknum aparat. Namun dirinya tidak berani menyebutkan siapa nama oknum tersebut.
Pengakuannya, satu alat dompeng disana harus menyetor kepada oknum sebesar Rp2,5 juta hingga Rp4 juta per bulannya dengan alasan untuk uang keamanan.
“Kalau gak salah bos kami setor ke oknum aparat sekitar Rp4 juta setiap bulannya. Kurang tau persis kami, selain uang keamanan juga ada uang fee tanah (lokasi). Kami ini hanya pekerja mas,” pungkasnya. (*)
Komentar