NEW NORMAL : Maksud dan Pola Baru Perilaku Hidup Sehat

SUARA ARTIKEL – Pandemi Covid-19 yang sampai hari ini belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir, karena jumlah penderita semakin meningkat dari waktu ke waktu. Fakta-fakta di lapangan menunjukkan kurva penderita, kurva sembuh dan kurva meninggal persentasenya masih tinggi. Keadaan ini yang menyebabkan masih diberlakukannya pembatasan sosial berskala besar (PSBB), sosial distancing dan work from home.

Hampir 3 (tiga) bulan Covid-19 melanda secara global termasuk Indonesia, sehingga banyak merubah tatanan sendi-sendi kehidupan, banyak melumpuhkan perekonomian dan juga bidang lainnya. Aktivitas kehidupan mulai berubah yang sebelumnya dilakukan secara langsung namun sekarang banyak aktivitas mengharuskan dilakukan secara daring. Kondisi ini tidak bisa dilakukan secara terus menerus, oleh karena itu perlu disikapi.

Sikap yang bagaimana yang harus dilakukan?

Seperti saat ini yang dikenal dengan New Normal. Apa yang dimaksud new normal? New Normal berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. HK.07/MENKES/328/2020 adalah beradaptasi melalui perubahan pola hidup pada situasi COVID-19. Mengapa harus beradaptasi, karena sebelumnya berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 21 tahun 2020 tentang PSBB sebagai upaya untuk menanggulangi penyebaran virus dengan salah satunya adalah meliburkan tempat kerja. Akan tetapi dunia kerja tidak mungkin selamanya ada pembatasan, roda ekonomi harus tetap berjalan dan pemberlakuan PSBB masih tetap berlangsung, maka dibutuhkan mitigasi dan kesiapan tempat kerja seoptimal mungkin sehingga dapat beradaptasi dengan berubahan pola hidup baru untuk meminimalisir risiko dan dampak pandemi COVID-19 di tempat kerja khususnya perkantoran dan industri yang berpotensi penularan COVID-19, karena berkumpulnya banyak orang dalam satu lokasi. Mitisasi dalam keputusan menteri kesehatan tersebut merupakan tindakan untuk mengurangi atau meminimalisir dampak dari suatu bencana terhadap masyarakat.

New normal dimaksudkan dalam keputusan menteri kesehatan tersebut adalah kita harus kembali melakukan aktivitas sehari hari dengan tatanan baru atau memulai keadaan baru meskipun pandemi Covid-19 ini belum usai sambil menunggu vaksin ditemukan. Dengan memulai aktivitas kembali seperti sebelum terjadinya wabah Covid-19, hanya saja yang membedakan bahwa kita harus tetap menjalankan dan membiasakan hidup bersih, membiasakan cara hidup sehat dengan cara membiasakan cuci tangan, membiasakan memakai masker, membiasakan jaga jarak (sosial distancing) serta mematuhi protokol kesehatan.

New Normal, mengutip pendapat guru besar UGM Prof. Edy Meiyanto di kompas.com tanggal 09 Mei 2020 menyatakan bahwa wabah pandemi Covid-19 menciptakan perilaku baru di kalangan masyarakat Indonesia, dengan langkah sederhana mencuci tangan dengan sabun, dan menggunakan masker. Mencuci tangan dengan sabun suatu tindakan yang aneh pada masa lalu namun sekarang menjadi suatu keharusan. Dengan membiasakan cuci tangan dulu belum menjadi kebiasan namun sekarang menjadi kebutuhan untuk berperilaku hidup sehat.

Perilaku hidup bersih, pra Covid-19 melanda sesuatu yang jarang dilakukan begitu juga etika batuk karena dianggap suatu hal yang berlebihan. New normal yang akan diberlakukan mendatang, maka memaksa semua pihak harus memiliki sikap dan perilaku yang proaktif, kita tidak boleh apatis, kita harus optimis dan selalu menjaga komitmen bersama untuk mengurangi dampak di tengah-tengah masyarakat.

Menurut Orgaisasi Kesehatan Dunia (WHO) ini merupakan exit strategy. Strategi utama yaitu test, tracing, treat dan isolate (menguji, melacak, merawat dan mengisolasi). Pelonggaran kebijakan yang dilakukan sejumlah negara, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menyebutkan, sejumlah hal yang perlu diperhatikan terkait pandemi Covid-19. Antara lain, mendidik, melibatkan dan memberdayakan masyarakatnya untuk hidup di bawah new normal (kompas.com, 26/05/2020).

Barang kali saat ini tidaklah terlalu sulit untuk membiasakan diri, karena dipaksa oleh keadaan maka secara tidak langsung mendapatkan pembelajaran berharga. Masyarakat menjadi terdidik oleh keadaan, menjadi lebih disiplin dan familier dengan kondisi covid-19 sehingga tidak menganggap remeh dengan kebersihan, perilaku hidup sehat dan bersih menjadi modal utama agar memiliki jiwa yang sehat, dengan kesehatan jiwa tidak akan mudah terserang yang namanya penyakit termasuk virus corona.

New normal dengan budaya baru dalam menjalankan aktivitas rutin sesuai dengan profesi dan peran masing-masing maka roda perekomian akan berkembang dan akan tumbuh ke arah yang menuju perbaikan untuk menutupi anggaran sebelumnya yang dikeluarkan secara tidak terduga. Logikanya, pertumbuhan usaha berdampak pada kesejahteraan karyawan atau pegawai, kesejahteraan karyawan untuk mewujudkan kesehatan dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi dibutuhkan biaya, biaya ini dapat dipenuhi dari pendapatan mereka jika lembaga tempat bekerja menghasilkan profit.

Jadi new normal dengan norma-norma baru untuk tetap beraktivitas seperti biasanya tanpa mengesampingkan kesehatan, boleh tetap beraktivitas dan berpedoman pada protokol kesehatan, jika menderita sakit maka bisa dilakukan dengan bekerja dari rumah namun jika dampaknya kecil boleh masuk kerja dan tetap dalam pengawasan untuk mengurangi risiko penyebaran virus corona serta perkembangannya selalu dalam pantauan oleh pihak yang berkompeten. Semoga bermanfaat.

Penulis : Tarjo, S.Sos., M.AB
Dosen STIA Setih Setio Muara Bungo

Komentar