Bukit Panawa di Kerinci Berpotensi Menjadi Ekowisata

Oleh : Fathin Fazira
Mahasiswa Pascasarjana Universitas Andalas, Padang

SUARA ARTIKEL – Tempat wisata merupakan tempat yang diimpikan dan tujuan semua orang untuk bepergian, setiap orang ingin menghendaki kenikmatan berpariwisata setelah lelahnya bekerja. Apalagi penikmat ketinggian dan pemuja tantangan alam, pilihan mereka pecinta alam tentulah sebuah tempat yang memiliki keindahan alami yang menakjubkan.

Kawasan alam yang dipilih tentu tidak hanya sebatas keindahan, namun juga kearifan lokal yang kental serta bertujuan untuk mendapatkan edukasi dari tujuan wisata. Pecinta alam yang sesungguhnya pasti mengerti tentang konsep alam yang harus dijaga dan dirawat, tidak hanya menikmati keindahan disetiap perjalanan yang dilalui. Wisatawan yang memilih bepergian dengan mendaki tentu ingin menikmati setiap langkah tapak kaki yang mereka jelajahi.

Salah satu wisata alam yang sangat menakjubkan dan memiliki keindahan adalah Bukit Panawa yang berada di desa Semerap, Kecamatan Keliling Danau, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi yang berpotensi untuk menjadi objek wisata berbasis ekologi. Konsep wisata alam yang sangat diinginkan akan terwujud di desa ini adalah ekowisata, apalagi di zaman sekarang pariwisata mulai dilirik sebagai salah satu sektor yang sangat menjanjikan bagi perkembangan wilayah di skala global. Dalam artikel ini, penulis hendak mneyorot dan menyampaikan kawasan alam yang berpotensi menjadi ekowisata.

Desa Semerap, Kabupaten Kerinci adalah salah satu desa yang ada di Provinsi Jambi. Penduduk yang tinggal di desa ini sangat kental dengan adat-istiadat setempat, sehingga masyarakat sangat patuh terhadap aturan-aturan desa yang berlaku. Dilihat dari pekerjaan, kebanyakan masyarakat berpenghasilan dari bertani dan nelayan. Dikarenakan struktur ekologi desa Semerap ini bagian barat dibentangi oleh bukit-bukit dan bagian timur dihampari oleh danau Kerinci. Walaupun wilayah desa tidak terlalu luas, namun banyak hal yang bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan penghasilan ekonomi masyarakat. Ekonomi masyarakat yang meningkat tentu sangat memberikan dampak positif bagi masyarakat-masyarakat desa.

Salah satu sumber ekonomi yang bisa dimanfaatkan oleh desa Semerap adalah sebuah bukit yang bisa dijadikan ekowisata, bukit Panawa merupakan bukit yang ada di desa Semerap. Anak-anak muda yang tinggal di desa ini seringkali melakukan pendakian untuk melihat pemandangan dari atas langit. Ketika memandangi dari puncak bukit panawa, maka akan terlihat danau Kerinci dari ketinggian dengan pemandangan yang sungguh indah. Untuk melakukan perjalanan sampai puncak, maka harus menempuh jalur yang telah di tandai. Jalur pendakian bukit ini tidak terlalu ekstrim, perjalanan mencapai puncak membutuh kan waktu 3 jam perjalanan. Selama perjalanan track menuju puncak akan lebih banyak melihat perkebunan warga, dikarenakn bukit-bukit yang mengelilingi desa ini adalah hutan produksi.

Kontribusi Parawisata dalam Ekonomi United Nation World Tourism Organizations (UNWTO) mengakui bahwa sektor pariwisata adalah sektor unggulan (tourism is a leading sector) dan merupakan salah satu kunci penting untuk pembangunan wilayah dan peningkatan kesejahteraan bagi masyarakat. Data UNWTO (2013), menunjukkan bahwa kontribusi sektor pariwisata terhadap GDP dunia sebesar 9%, 1 dari 11 pekerjaan diciptakan oleh sektor pariwisata, kontribusi terhadap nilai ekspor dunia sebesar USD 1,4 trilliun atau setara dengan 5% ekspor yang terjadi di dunia.
Kemenpar (2014) dalam laporannya menyampaikan pada Tahun 2008, kepariwisataan Indonesia berkontribusi terhadap PDB sebesar Rp153,25 trilyun atau 3,09% dari total PDB Indonesia. Kemudian pada tahun 2009, kontribusi pariwisata meningkat dari 3,09% menjadi 3,25%. Periode tahun 2010-2014, kontribusi pariwisata antara lain 4% terhadap PDB Nasional (peringkat 4 nasional penghasil devisa setelah minyak dan gas, batubara, kelapa sawit), dengan penyerapan 10,13 juta tenaga kerja, menghasilkan devisa nasional sebesar 10 milyar USD.

Hal tersebut karena sektor Pariwisata mampu menarik kunjungan wisatawan mancanegara sebanyak 9,4 juta orang dan menggerakkan 250 juta perjalanan wisatawan nusantara dengan perbelanjaan sebesar 177 triliun rupiah. Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005-2025, semua sektor pembangunan di Indonesia harus menerapkan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. Dalam konteks pariwisata, paradigma pembangunan kepariwisataan telah mengalami evolusi, dari bentuk mass tourism menjadi sustainable tourism.

Kebijkan dan Harmonisasi Peraturan Perundangan-Undangan Ekowisata di indonesia berdasarkan hasil penelusuran terhadap ketentuan yang mengatur pembangunan ekowisata, telah ditetapkan undang-undang, yaitu :

1) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan;
2) Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Ekosistemnya;
3) Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan;
4) Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil; dan
5) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

Di sisi lain bukit ini memang belum dijadikan ekowisata. Wisata yang berbasis ekologi memang sangat di anjurkan untuk dikembangkan, dikutip dari istilah ekowisata menurut Kerjasama Direktorat Produk Pariwisata, Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata, Departemen Kebudayaan, dan Pariwisata dan WWF-Indonesia (2009), dapat diartikan sebagai perjalanan oleh seorang turis ke daerah terpencil dengan tujuan menikmati dan mempelajari mengenai alam, sejarah dan budaya di suatu daerah, di mana pola wisatanya membantu ekonomi masyarakat lokal dan mendukung pelestarian alam. Ekowisata juga merupakan wisata yang menyuguhkan segala sumber daya wilayah yang masih alami, yang tidak hanya mengembangkan aspek lingkungan dalam hal konservasi saja, namun juga memberikan keuntungan bagi masyarakat sekitar, sebagai salah satu upaya pengembangan pedesaan untuk meningkatkan perekonomian lokal, dimana masyarakat di kawasan tersebut merupakan pemegang kendali utama.
Berdasarakan hal tersebut objek wisata bukit panawa ini sangat memberikan keuntungan lebih untuk seluruh pihak terkait, tidak hanya masyarakat setempat namun juga pihak pemerintahan Kerinci.

Sehingga semua orang akan mengenal lebih dekat Kerinci alam sakti ketika hal ini terwujud. Ketika Ekowisata bukit Panawa ini akan terbentuk, kepentingan tidak hanya sebatas memanjakan mata semata, penduduk desa ini tentu akan bisa menambah lapangan pekerjaan seprti menjadi tourgude. Hal ini tentu sangat membantu pemerintah dalam mengatasi masalah ekonomi. Keuntungan yang bisa didapatkan berikutnya ketika terwujudnya ekowisata bukit Panawa ini adalah dalam bidang pendidikan, pengunjung-pengunjung akan bisa mendapatkan ilmu baru seperti mengenal budaya-budaya masyarakat setempat. Hal ini tentunya akan menambah pengetahuan terkait lokasi tersebut dan nilai penting dari lingkungan yang dikunjungi.

Jika dilihat dari perkembagn zaman, ekowista merupakan hal terlaris dan gencar-gencar di canangkan. Karena bisa menarik wisatawan asing untuk berkunjung, dan otomatis ekowisata ini akan mendunia dan Kerinci semakin di kenal oleh masayrakat dunia. Harapan penulis, semoga pemerintah setempat mewujudkan impian anak muda desa Semerap ini, yang telah di impi-impikan semenjak dulu.

Komentar